arimawesome

Cara  Hidup Zero Waste Untuk Anak Kos

Postingan ini membahas bagaimana cara hidup zero waste untuk anak kos. Didapat dari sedikit pengalaman pribadi Arima dan refrensi bacaan. 


Akhir-akhir ini istilah Zero Waste mulai sering diperbincangkan. Ini membuat saya bahagia karena ini tandanya semakin banyak yang peduli dengan lingkungan. Namun, menurut pengamatan saya, kebanyakan yang menekuni gaya hidup ini adalah orang-orang yang tinggal di rumah. Menurut pendapat orang-orang di luar sana gaya hidup ini juga tergolong mahal, ribet dan susah buat dilakuin. 


Akhirnya sebagai anak rantau, yang katanya peduli lingkungan, haha semoga benar. Lebih tepatnya sih, anak rantau yang sedang belajar untuk lebih peduli dengan lingkungan deh. Saya mulai belajar juga untuk hidup zero waste ala-ala. Kenapa saya bilang ala-ala, karena sejujurnya saya belum benar-benar menerapkannya. 


Tapi di postingan kali ini saya mencoba sedikit berbagi bagaimana Cara Hidup Zero Waste Anak Kos, ya dari sedikit pengalaman dan beberapa hal yang pernah saya baca, semoga dengan menulis ini, saya juga bisa menerapkannya untuk kehidupan saya sendiri. Aamiin.


Mari simak Cara Hidup Zero Waste Untuk Anak Kos:

1. Bijak menggunakan kantong plastik


Ini sih yang masih sulit juga buat saya. Karena gimana ya, Plastic is Everywhere itu benar adanya. Namun disini peran kita sebagai anak kos yang ingin melakukan gaya hidup zero waste. Kita bisa mengawali dengan lebih bijak dalam penggunaan plastik, khususnya kantong plastik. Kita bisa benar-benar menggunakannya jika sangat-sangat genting. Alternatif nya bisa diganti dengan tote bag atau kardus. 

2. Menggunakan set perlengkapan zero waste

Saya rasa kamu sudah tahu hal ini. Benar sekali dengan menggunakan tumbler akan mengurangi botol plastik sekali pakai, tentunya juga membuat pengeluaran kita sebagai anak kos lebih hemat, karena tidak perlu membeli air botolan.


Set seperti sendok makan, sedotan alumunium atau kayu juga perlu disiapkan. Ini sangat ampuh untuk mengurangi sampah sendok plastik. Set kotak makan untuk membeli makanan di luar, dan sapu tangan untuk mengganti tissue. Peralatan ini perlu kita bawa, kita simpan di tas, atau di bagasi. Karena saat berada di luar, kita tidak akan bingung nyampah-nyampah lagi. 


Jujur, dari set perlengkapan tersebut yang masih sangat sulit adalah mengganti tisu  dengan sapu tangan, saya masih angkat tangan.


Cara Hidup Zero Waste Untuk Anak Kos:


3. Bijak Nyampah

hidup zero waste


Selain bijak memilih plastik, bijak nyampah juga perlu. Bijak nyampah bisa kita dilakukan dengan cara memilah sampah organik dan anorganik di kosan. Sampah organik bisa kita gunakan untuk menyuburkan tanaman tanaman ibu kos atau tanaman pribadi kamu.


4. Masak Sendiri

Ini sudah saya rasakan sekali manfaatnya, selaian mengurangi sampah dari bungkus makanan masak sendiri jadi lebih hemat dan sehat loh. Karena kita benar-benar tahu bagaimana proses dan apa saja yang masuk ke perut kita.


5. Menghemat air dan listrik

Penting sekali ini, kadang saya sendiri sering lupa mematikan lampu atau kran air. Perlu kita ingat lagi, mungkin dengan membayangkan atau merasakan bagaimana jika kita kesulitan air atau listrik akan membuat kita semakin peduli.


6. Nebenglah 

Buat kaum nebengers, selamat! Karna kamu sudah berhasil hemat energi. Dengan nebeng berarti akan mengurangi polusi udara alias sampah udara. Selain itu menggunakan trasnportasi umum dan berjalan kaki juga bisa kita terapkan.


7. Mengganti Pembalut Sekali pakai dengan Pembalut kain atau menstrual Cup.

Ini khusus wanita sih, mengganti pembalu sekali pakai, akan lebih ramah lingkungan. Karena terbukti mengurangi berkilo-kilo sampah tiap bulannya. Bayangkan nih, misal dalam sebulan sampah pembalut kita bisa sampai satu kantong besar. Bagaimana jika dihitung untuk setu tahun dan tahun-tahun selanjutnya. Mengerikan. 

Saya juga sudah memulai mengganti pembalut sekali pakai dengan kain, meskipun belum sepenuhnya.


Ya itulah Cara  Hidup Zero Waste Anak Kos, semoga dengan menerapkan ini bisa menjadi ikhtiar kita untuk peduli dengan lingkungan, harapan lain kita bisa lebih berhemat. Memulai hidup zero waste yang katanya mahalm hanyalah di awal saja, jika dikalkulalasi lagi, percayalah ini lebih hemat. 


Mungkin jika kamu ada tips lain, bisa beri komentar di bawah ini! Dan jangan lupa untuk dibagikan, agar semakin bermanfaat. See You!


Tentang Pentingnya Menerima Diri Terhadap Kesehatan Mental Bersama Farah AS
Kali ini saya berbincang bersama Farah AS, seorang mahasiswa akhir Jurusan Psikologi.  Tentang Pentingnya Menerima Diri Terhadap Kesehatan Mental. 
 
Menerima diri  atau Self Acceptance merupakan hal penting bagi setiap manusia. Dengan menerima diri, menjadikan kita semakin   memahami, kelebihan, kekurangan, dan tujuan hidup. Namun, sempat saya berfikir, bagaimana sih pengaruhnya bagi kesehat mental seseorang. Apalagi saat ini isu kesehatan mental juga  mulai banyak yang dibicarakan. 

Maka dari itu,di  postingan kali ini saya merangkum perberbincangan  bersama   Farah AS, salah satu teman yang juga aktif membuat podcast dengan topik  psikologi. Inilah  "Tentang Pentingnya Menerima Diri Terhadap Kesehatan Mental Bersama Farah AS". Perbincangan ditulis dari sebuah obrolan yang saya rekam.

Buat kamu yang ingin mendengarkan obrolan farah tentang dunia psikologi  mari berkunjung ke: https://open.spotify.com/show/2PA0kUo4VNgbyBp4Kb5Tsk atau ke akun instagramnya https://www.instagram.com/farahasyahidah/

 
Menurutmu bagaimana sih pentingnya menerima diri? Dan Bagaimana dampaknya bagi kesehatan mental?

Baiklah ini kan opini pribadi, jadi aku tidak perlu memaparkan dari jurnal dan data data dan survey Tapi begini, setelah sempat riset untuk tugas. Didapat dari data kompas, bahwa, sekian juta orang di indonesia sudah mengenal internet. Dan 95% menggunakan sosmed. Jadi begitu banyak masyarakat yang sudah melek media. Pun ketika kita mengamati rekan-rekan kita, baik rekan kerja,komunitas, organisasi, dsb. Banyak  dampak dari sosial media ini. Nah saya juga memiliki teman nongkrong untuk mengamati psikologi. Dari kami berlima, mereka bilang bahwa mereka terganggu oleh sosial media, bahkan ada salah satu temanku yang menjadwalkan dirinya untuk membuka whatsapp. Jadi

aku mikir kenapa mereka sangat terganggu, dan kenapa mereka merasa terganggu,terutama ketika mereka melihat instagram.


Dan bahkan gak cuma teman dekat,  ternyata banyak banget orang yang merasa insecure, terutama ketika mereka melihat instagram. Ehm, jadi disini aku gak sampai berfikir secara mendalam, tapi ketika beberapa diberi kesempatan oleh Allah untuk mengisi suatu acara tentang body shaming. Salah satu faktor untuk body image kita adalah mengatur sosial media. Kita perlu mengatur apa yang perlu kita follow. Jadi kita perlu memfollow akun-akun yang kita butuhkan,misal aku perlu sedang studi psikologi, aku memfollow nya.


Dari sini apa sih hubunganya dengan menerima diri? Karena sebenernya insecure, tidak percaya diri, merasa tidak nyaman itukan sebenarnya kurang menerima ya, ketika banyak orang berkata bahwa itu indikasi dari tidak bersyukur, bisa jadi. Tapi menurutku bagaimana cara kita bersyukur,? Dengan cara mengenali potensi diri, mengenal diri sendiri, sampai akhirnya kita bisa menggunakan potensi diri kita untuk menjadi khalifah di bumi. Karena kan menurut surat az zariyat ayat 56, bahwa manusia dan jin tidak akan diciptakan kecuali untuk beribadah kepada Allah SWT. Jadi tentu aja dong, penting banget, karena dengan menerima diri kita akan bersyukur kepada Allah yang sudah menciptakan kita, dan kita sudah bisa mengemban amanah Allah untuk menjadi khalifah di bumi.

Apa dampaknya kepada kesehatan mental ? Ketika kita tidak tau sebenarnya diri kita gimana sih, sebenarnya tujuan kita diciptakan untuk apa si, yang membuat kita kurang bersyukur akhirnya menjadikan kita insecure,tidak nyaman,kurang percaya diri melihat pencapaian teman-teman yang lebih dari kita, jadi kesehatan mental terganggu. Sampai kadang ada beberapa teman perlu puasa sosmed. Dan itu juga Alhamdulillah. Karena pun di sosial media banyak hal atau akun yang kita follow sesuai dengan kita. Kita berusaha untuk mengikuti menjaga pandangan kita, tp entah kenapa tetap ada akun  yang tidak sesuy dengan kita dan yang tidak sesuai dengan apa yang diajarkan oleh islam. Misal keluar iklan yang tidak, dan itu tidak sengaja. Dan aku bener mengapresiasi temen yang puasa sosial media dengan tujuan demi kebaikan kesehatan mentalnya.


Bagaimana tandanya jika kita sudah menerima diri?


Karena masing-masing kita memiliki definisi yang berbeda atas penerimaan diri. Karena kita dipengaruhi oleh budaya, agama parenting, akhirnya membentuk skema konstruktif berpikir kita. Ali bin abi thalib pun juga mengatakan bahwa “orang lain tidak akan pernah memahamiku, karena sesungguhnya yang bisa memahamiku adalah diriku sendiri dan yang lebih paham atas diriku adalah Allah”.karena ilmu yang diberikan Allah kepada kita itu sangatlah sedikit. Allah pun pernah berfirman bahwa ketika seluruh kayu ditebang, ketika lautan dijadikan tinta, Tidak akan cukup untuk menuliskan ilmu Allah. Dan otak manusia sangat terbatas.


Tandanya, self acceptance  tinggi adalah orang yang memiliki toleransi yang besar terhadap rasa frustasi. Misal kita lagi sedang bersama teman, terus ada yang nyeletuk "kamu kok berubah si, kok kamu kayak gini sih" karena kita sudah memahami maka kita akan mentoleransi terhadap hal hal seperti itu


Kategori self acceptance, yang tinggi adalah yang mengenal kelebihan dan kekurangan diri. Dan mereka tidak akan takut. Ketika dikatakan misal kelebihan nya adalah menggambar, kemudian di akademik dia jeblok, tapi karena keluarga dia dan teman dia mensupport, jadi orang seperti ini akan lebih bisa menerima diri dengan lebih baik. Contohnya kayak azka tuh, anaknya Deddy Corbuzier, dia seorang disleksia, dan Deddy meyakinkan anaknya. Sehingga dia menjadi siswa terbaik  begitu.


Terus gimana sih caranya? Masya-Allah lagi, Allah memberi kan kesempatan kepada saya untuk mengikuti workshop tentang psikologi positif. Jadi selama ini psikologi itu mengenal manusia berdasar kelebihan ya, makanya butuh diterapi, disupport. Tapi pada abad 20,Seligman   ilmuwan psikologi , merilis karyanya berupa psikologi positif yang fokus kepada kekuatan manusia. Ketika temen-temen

mungkin ke psikolog atau konselor, tapi kadang tidak memberi terapi, justru mendorong temen temen untuk memunculkan potensi, sehingga teman teman bisa mengatasi masalah secara mandiri. Kemudian gimana?  Nah kitasa coba di http://viacharacter.org/character-strengths, disitu ada 24 sifat yang dibuat rank dan 5 rank tertinggi adalah sifat terkuat kita. Ketika aku mencoba test itu, strength terkuat aku adalah creativity, hope, ada curiosity, fearness dan aku lupa. Yang jelas ada deskripsi nya. Silahkan temen2 download pdfnya, bisa dianalisis ya, cenderung nya bagaimana?



Tentang Pentingnya Menerima Diri Terhadap Kesehatan Mental Bersama Farah AS

Menerima diri
Farah AS




Menurut pandangan Farah sebagai seorang yang melakukan studi dalam bidang psikologi, apakah orang-orang sudah banyak yang menyadari pentingnya menerima diri dan kaitanya dengan kesehatan mental?


Sebenernya ini liat liat lagi ya, karena ini menurut opiniku, setelah mengamati ini. Yang jelas dari instagram dan youtube, sekarang jelas banyak orang-orang yang sudah aware dengan psikologi dan kesehatan mental. Kemudian pentinganya penerimaan diri, ketika aku mengamati, temen- temen sudah banyak yaa. Tapi temen-temen kebanyakan terlalu fokus ke self love gitu, padahal kan,penerimana diri itu self acceptance. Ini yang sebenernya perlu dikulik lagi perbedaan antara self love dan self acceptance. Padahal kalo kita belajar psikologi yang ada konstruk teorinya adalah self acceptance gitu. Jadi bagaimana sekarang akhirnya akun sosmed yang concern ke jiwa, kebanyakan psikologi populer gitu, untuk yng psikologi berdasarkan yang akademisi malah gak muncul, padahal seharusnya mereka ini yang mengUpkan ilmunya gitu, agar masyarkaat teredukasi, dengan psikologi yang dari data.


Di Indonesia kan erat sekali dengan budaya kepercayaan, dan kaitannya

dengan agama. Apakah itu berpengaruh bagi penerimaan diri seseorang terhadap kesehatan mentalnya?

 

Ini juga menurutku lagi ya, jadi sebagai muslimah, tentunya agamanya adalah islam. Jadi karena islam adalah pegangan utamanya Al Qur'an dan sunnah, semua itu datangnya kan dari Allah,  tadi juga sudah pernah dijelaskan oleh Ali bin Abi Thalib bahwa: "bahwa orang lain tidak akan pernah memahamiku, karena sesungguhnya yang bisa memahamiku adalah diriku sendiri dan yang lebih paham atas diriku adalah Allah", jika kita kembali kepada Quran dan As Sunnah, berarti kita merujuk pada Tuhan, kepada Allah yang lebih memahami kita, tentang standar-standar sehat mental, standar-standar mengenali diri. Sebenarnya inilah yang perlu digali lagi, kemudian. Kalo dari kacamata psikologi sendiri, mungkin ada tools rujukan, yaitu dengan konsultasi ke profesional, tes kepribadian, tapi kita tetep kembali lagi ke fitrah kita sebagai manusia.

Mari Mengenal Slow Fashion!



Trend fashion saat ini begitu cepat berubah. Ditambah lagi dengan adanya sosial media dan market place, semakin mempermudah kita sebagai konsumen untuk membeli produk fashion keluaran terbaru. Kadang, produk yang fashion yang tidak kita butuhkan juga terbeli karena dukungan kemudahan akses dan harga yang terjangkau.

Tapi, apakah kamu tahu dari cepatnya trend fashion yang berganti-ganti, terdapat dampak buruk yang sangat besar bagi lingkungan. Sesuai data yang dihitung oleh Intergovermental Panel On Climates Change (IPCC) menyebutkan bahwa industri fashion menyumbang 10% emisi karbon dioksida di bumi.  

Ditambah lagi, ternyata total 60% pakaian yang diproduksi selama ini terbuat dari bahan sintetis, yang dapat diurai setelah 200 tahun. Belum lagi limbah produksi, baik limbah cair maupun limbah sisa. Semuanya semakin memperburuk  lingkungan.

Dampak lain juga terdapat pada pekerja yang memproduksi pakaian. Mereka diberi upah minimum yang tidak sesuai standar kebutuhan pekerja. Produsen juga memilih memproduksi pakaian di negara berkembang seperti India, Bangladesh, Sri Lanka, China dan termasuk Indonesia. Ini bertujuan untuk menekan biaya produksi dan harga pakaian yang dijual tidak terlalu tinggi.

Dari masalah tersebut, ada beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk membantu  mengurangi dampak negatif  dan sebagai wujud kepedulian kita. Yaitu dengan mengikuti Slow Fashion.

Apa itu Slow Fashion? Slow Fashion merupakan pemilihan pakaian dengan memperhatikan bahan, kualitas, ramah lingkungan dan proses produksi yang beretika. Slow Fashion lebih mengedepankan kualitas daripada kuantitas produksinya. Apabila Fast Fashion memiliki model yang sangat cepat berganti, Slow Fashion justru kebalikannya, model nya lebih klasik, dan lebih tahan lama.

Ini adalah hal yang bisa kita lakukan untuk mendukung gerakan slow fashion, cara ramah lingkungan untuk menggunakan pakain: :

1.         Memilih Pakaian yang Eco Friendly

<span>Photo by <a href="https://unsplash.com/@luca_tism?utm_source=unsplash&amp;utm_medium=referral&amp;utm_content=creditCopyText">Luca Laurence</a> on <a href="https://unsplash.com/s/photos/eco-fabric?utm_source=unsplash&amp;utm_medium=referral&amp;utm_content=creditCopyText">Unsplash</a></span>
Photo by Luca Laurence on Unsplash

Kamu dapat memperhatikan kain yang akan kamu beli. Pilihlah pakaian  Eco Friendly, yang memiliki berbagai macam bahan ramah lingkungan, Seperti kain katun organik, linen, hemp, dan rami dari serat tumbuhan. Kain silk, alpaca,  dari bahan binatang. Kain semi sintetis seperti tencel, bamboo dan kain-kain dari hasil recycle. 

2. Mengurangi membeli pakaian dalam waktu yang lama

Menahan rasa untuk tidak membeli model pakaian yang sedang trend awalnya memang susah. Tapi setelah memahami dampaknya, akan mempermudah untuk menahan diri tidak terburu-buru mengikuti trend. Alternatif lain bisa menggunakan pakaian dengan gaya klasik, dan  memperbaiki kembali jika ada  pakaian yang rusak.

3. Membeli baju bekas atau thrifting

Photo by Becca McHaffie on Unsplash

Thrifting saat ini mulai banyak digemari. Ini juga langkah yang baik untuk mengurangi limbah fashion. Dengan cara menggunakan kembali pakain buangan hasil trend fast fashion tahun-tahun sebelumnya. Membeli pakaian bekas dengan niat untuk peduli terhadap lingkungkan akan lebih baik daripada  dari pada membeli pakaian baru untuk mengikuti keinginan nafsu.

4. Tukar baju dan sewa baju

Menukar baju dengan keluarga, dan menyewa baju pun juga bisa dilakukan. Selain tidak perlu mengeluarkan biaya yang besar untuk membeli baju baru. Menyewa dan menukar bisa menjadi alternatif jika ingin mengganti-ganti model pakaian tanpa menambah volume baju pada lemari, tentunya tetap memperhatikan kebersihan pakaian yang kamu pilih.  

5. Membeli pakaian dengan kualitas baik

Sebelum memutuskan untuk memilih pakaian, cek terlebih dahulu bahan dan jahitanya. Apakah jahitan tersebut rapi, dan kuat? Atau hanya sekedar dijahit. Memilih baju dengan kualitas baik dan harga lebih mahal, akan lebih tahan lama daripada membeli pakaian yang murah dan kualitas buruk. 

6. Membeli produk brand sustainable

Brand sustainable adalah brand yang memperhatikan dampak lingkungan dan dampak sosial dalam produksi. Dengan memilih membeli produk dari brand sustainable daripada brand fast fashion berarti kamu telah ikut peduli terhadap lingkungan dan pekerja di brand tersebut.

Nah itulah artikel Mengenal Slow Fashion,cara ramah lingkungan menggunakan pakaian. Gimana? Mudah dong tentunya, semoga dengan adanya gerakan Slow Fashion dapat menjadikan kita lebih peduli bagaimana proses dan dampak dari apa yang kita kenakan selama ini.

Jadi, Apakah kamu siap untuk mengikuti gerakan Slow Fashion?


 

 



Baru aja mau "Allahuakbar" shalat maghrib. Perasaan udah campur aduk. Sholat jadi gak fokus, mikir ini itu. Ya, emang sesusah itu sih. Cuma sebelumnya baru aja chatting sama temen, alhasil jadi kepikiran bahasan chat pas sholat.

Sering seperti ini, cuma ini kayak lebih kerasa gitu. Gatau kenapa, mungkin juga efek terlalu sering di rumah dan terlalu sering berkecimpung dengan diri sendiri, sampe hal sedetail ini jadi kepikiran. Baiklah, mungkin aku bakal nyoba menuliskan apa aja yang lagi aku rasain saat ini, tanpa perlu mengedit tulisan ini.

Ngga tau semenjak pandemi ini, aku merasa lebih sering berinteraksi dengan diri sendiri. Benar-benar jarang sekali keluar rumah. Bertemu teman hanya beberapa kali. Sebelumnya juga pernah di rumah aja seperti ini. Tapi menurutku saat ini adalah momen di rumah aja versi beda level. Karna ntah kenapa, saking seringnya dan sudah menjadi kebiasaan. Hasrat buat keluar rumah, bertemu tetangga, eman dan keluar buat liburan udah gaada, gak seheboh dulu. Rasanya kayak, yaudah..

Sebenernya tempat tinggalku bukan termasuk daerah yang parah, karena termasuk desa di Kabupaten. Jadi urgensi buat di rumah aja, gak segenting itu. Beberapa orang juga sudah merasa bodo amat sama corona. Sampe tetanggaku sendiri percaya bahwa corona tuh gaada. Ya bener si, gaada di desa kami, aamiin.

Bukan-bukan itu, yang sedang kurasain saat ini, maksudnya intinya bukan itu. ada hal lain yang lebih dan baru saja menyadarinya.

Bahwa...
Dari pandemi ini..
Dari dirumahkan kembali,
Aku menyadari, selama ini aku terlalu jauh dari diri ku sendiri,
Aku terlau jauh berupaya hidup untuk orang lain, hidup untuk sesuatu yang di luar diriku.

Sekarang, mulai terasa ngos-ngosan, karena sebelumnya terlalu ngoyo, haha susah mau nerjemahin ke bahasa umum.

Kadang aku juga terlalu sibuk membicarakan orang lain, membahas orang lain atau menganalisa orang atau apalah itu selain diriku.

Yang jelas, aku sudah terlalu jauh.
Sampai kadang pertanyaan-pertanyaan yang harusnya mudah dan bisa kujawab untuk diri sendiri, aku malah ketakutan dan kebingungan.

Seperti halya pertanyaan tujuan kehidupan??
Bagaimana sekarang? Apakah rizki umur sudah dimanfaatkan?
Apakah visi misimu sudah berjalan dan banyak lagi.
Belum lagi masalah berbakti kepada orang tua, atau kematian atau apalah itu banyak sekalii.. aku sendiri juaga pusing.

Semuanya benar-benar sangat kebalik.
Tapi, tak apa, Alhamdulillah, Allah masih memberi kesempatan untuk menyadarkanku bahwa selama ini aku sudah terlalu jauh.

Saatnya menyelam kembali, dan mengokohkan pondasi-pondasi yang sudah mulai goyah.
Bismillah..

Bagaimana dengan kamu?? Semoga gak sepertiku.





Beberapa hari ini saya teringat momen-momen liburan  tahun lalu. Yang kalo emang diingat – ingat lagi begitu kontras sama liburan lebaran kali ini. Liburan taun lalu, lebih bermanfaat dan tidak membuat saya memfosil di rumah seperti sekarang.

Berawal dari iseng, hampir sebulan sisa liburan di rumah diisi dengan ngajar ngaji di TPQ dekat rumah.  Lebih tepatnya latihan buat belajar mengajar dan berbaur sama bocah-bocah. Karna bekal ilmu yang saya punya sedikit, ya sebisanya ngajar aliif ba’ a, sama nyimak bocah-bocah buat menghafal surat-surat pendek, itupun masi takut-takut salah, karna urusan belajar mengaji ini benar-benar urusan  dunia akhirat . Bayangin tuh salah satu dua huruf,  bisa-bisa saya nerima dosa jariyah, sampe di akhirat.

Gak cuma masalah urusan dunia akhirat, tapi juga melatih bagaimana rasanya jadi guru yang sabar. Pernah waktu saya lagi nyimakin si Dita anak jilid 3, disamping-samping banyak beberapa bocah-bocah cowok nungguin sambil nyorakin “suwii… suwii… suwi.. beh suwi” yang kalo di artikan ke bahasa Indonesia “lama… lamaa.. beh lama benget” momen itu saya merasa prihatin, saya  langsung ngebaying bagaimana guru-guru dulu ngajar kami pas waktu kecil, sampe akhirnya batinku ngomong “Oh giniii ternyata ya jadi guru harus sabar”. Tapi memang, saya akui, selama saya merasakan jadi murid dan pengalaman mengajar ngaji atau pramuka, pendidikan moral di sekolah atau TPQ saya rasa masih kurang. Entah penyampaiannya atau apanya, yang saya rasakan masih kurang maksimal. Dan tentunya ini  PR bagi saya nanti ketika menjadi orang tua, atapun menjadi pengajar.

Kegiatan di Taman Qur’an disini gak yang ribet-ribet amat, kami berangkat jam 3 an, yah jam setengah  4anlah, masukin bocah-bocah buat baca-baca doa terus mereka shalat berjamaah, kami menunggu mereka sambil mendampingi.  Saya ikut flashback ketika diposisi mereka, shalat jamaah terus senggol-senggol temen samping, apalagi pas sujud kita saling bisik-bisik. Rasanya tuh kalo lagi diem dieman sama temen samping pas lagi shalat tuh gaseru. Melihat bocah dengan tingkah yang sama ketika saya kecil, saya sedikit maklum. Kalau dulu saya disamblek, dipukul sama guru ngaji, sekarang saya cukup dengan memberi warning. Cuma ya begitu, bagian depan diatur, belakang senggol-senggolan. “Oh ternyata gini jaman dulu guru ngajiku kalo lagi ngajarin kami sholat,,oh..”

Beginilah rasanya mengajar ngaji

Ngatur bocah-bocah sesusia mereka ini, kudu punya trik saat mengatur. Belum lagi kalau mereka berantem. Terutama anak laki-laki, saya sering memintaya untuk nurut dan menjanjikannya reward, alhamdulillah berhasil. Tapi saya masih belum yakin cara ini adalah cara paling efektif, tapi dari cara-cara lain sementara yang paling berhasil adalah seperti ini.  Mungkin kalau teman-teman punya pengalaman lain tentang mengatur bocil bisa share tipsnya disini yaa..

Haah, cerita liburan taun lalu jadi bikin kangen. Semoga bisa segera bertemu lagi dengan adik-adik. 


Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Thanks For Visiting :)

Melihat Peluang Bisnis Foto Produk Di Masa Pandemi bersama Alifiatul

Follow This Blog

Pengikut

Arsip Blog

  • ▼  2020 (10)
    • ►  Agustus (1)
    • ▼  Juli (5)
      • Cara Hidup Zero Waste Anak Kos
      • Tentang Pentingnya Menerima Diri Terhadap Kesehata...
      • Mengenal Slow Fashion, Cara Ramah Lingkungan Memi...
      • Postingan Tanpa Editan Berisi Kegelisahan
      • Beginilah rasanya mengajar ngaji
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (2)
    • ►  Maret (1)
  • ►  2019 (1)
    • ►  Agustus (1)
  • ►  2016 (4)
    • ►  Juni (1)
    • ►  Mei (1)
    • ►  April (1)
    • ►  Maret (1)
  • ►  2015 (6)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juni (1)
  • ►  2014 (2)
    • ►  Desember (1)
    • ►  Agustus (1)

ABOUT AUTHOR

Get In Touch

  • twitter
  • Instagram

POPULAR POSTS

  • Review Buku Terapi Kebiasaan Positif - Dr.Ibrahim Elfiky
  • Makna Dibalik Lukisan Tari Bedoyo Sebar Sekar Karya Maestro Mata Hitam
  • Melihat Peluang Bisnis Foto Produk Di Masa Pandemi bersama Alifiatul
  • Mengenal Slow Fashion, Cara Ramah Lingkungan Memilih Pakaian
  • Saatnya Menanam Pohon Sambil Rebahan Dengan Ecosia
  • Tentang Pentingnya Menerima Diri Terhadap Kesehatan Mental Bersama Farah AS
  • Postingan Tanpa Editan Berisi Kegelisahan
  • Bagaimana cara membuang sampah secara manusiawi?
  • Cara Hidup Zero Waste Anak Kos
  • Nyobain "Food Prep" pertama kali untuk berhemat di perantauan

About Me

Popular Posts

  • Review Buku Terapi Kebiasaan Positif - Dr.Ibrahim Elfiky
  • Makna Dibalik Lukisan Tari Bedoyo Sebar Sekar Karya Maestro Mata Hitam
  • Melihat Peluang Bisnis Foto Produk Di Masa Pandemi bersama Alifiatul

Advertisement

Copyright © 2016 arimawesome. Created by OddThemes